Strawries – Strawberry Stories: Sepenggal Kisah Hidup Seorang Pemudi yang Tak Semanis Stroberi

 

Februari sering disebut sebagai Bulan Penuh Kasih Sayang dan identik dengan nuansa merah muda. Pas banget seperti warna sampul e-book berjudul Strawries – Strawberry Stories ini.

 

Selain itu, jalan cerita Strawries – Strawberry Stories pun kebetulan mengalun di antara sekelompok anak muda pecinta musik.

Saya rasa Teman-teman tentunya setuju kalau lagu merupakan salah satu sarana yang cukup sering digunakan untuk mengungkapkan rasa sayang, bukan?

 

Jadi, waktu menemukannya di iPusnas, saya langsung merasa kalau e-book ini cocok banget untuk dijadikan bacaan di bulan Februari.

 

Lantas, selain desain sampul dan nuansa cerita yang berkaitan dengan lagu-lagu romantis, apakah alur kisah e-book ini juga berjalan manis?

 

Detail dan Sinopsis Buku “Strawries – Strawberry Stories”


Judul               : Strawries - Strawberry Stories

Penulis             : Novi FZ

Penerbit           : CV. Garuda Mas Sejahtera

Terbitan           : 2014

Tebal buku      : 249 halaman

 

Saat tengah mengikuti kompetisi band bersama keempat temannya dari grup musik Straw, Sovia bertemu lagi dengan Hanung.

 

Sebelumnya, Sovia sempat tergabung dengan grup musik cowok itu, bahkan sedikit menyimpan rasa padanya. Namun, sebuah kesalahpahaman membuat hubungan mereka nyaris tidak baik-baik saja.

 

Kini, di tengah perjuangannya meraih mimpi menjadi pemusik, Sovia berkesempatan untuk meluruskan kesalahpahamannya dengan Hanung, yang ternyata punya segudang rahasia.

 

Kesan dan Pembelajaran dari Cerita “Strawries – Strawberry Stories”



Kesan pertama saya saat membaca Strawries adalah ceritanya sangat khas anak muda, biarpun gaya bahasanya terkesan agak terlalu formal.

 

Entah apa alasannya penulis memilih nama band yang menjadi judul cerita ini Straw. Nama itu bukan berasal dari singkatan nama personilnya ataupun buah favorit mereka.

 

Konflik yang dialami oleh Sovia sebagai seorang gadis berusia dewasa awal yang mimpinya tidak direstui orang tua rasanya sangatlah relevan.

 

Untuk beberapa orang tua, cita-cita di bidang musik tampaknya bukanlah pilihan masa dean yang terlalu menjanjikan. Itulah sebabnya banyak yang lebih menekankan soal pendidikan akademis.

 

Menyimak keseharian Sovia yang disibukkan oleh les, latihan musik, serta soal-soal ujian yang sulit rasanya bakal membuat pembaca tersenyum simpul.  

 


Jalan ceritanya juga makin disegarkan oleh kisah persahabatan Sovia dengan teman-temannya, termasuk perselisihan di antara mereka. Bibit-bibit romansa pun tidak ketinggalan ikut mewarnai kisah ini.

 

Selain sedikit flash back di awal, penulis juga menggunakan sudut pandang orang pertama dan ketiga (PoV1 dan PoV3) secara bergantian.

 

Hal itu membuat proses membaca jadi terasa agak seperti staccato alias melompat-lompat. Konon, penggunaan PoV yang bergantian seperti ini memang kurang disarankan.

 

Semakin ke belakang, jalan cerita e-bok pun terasa makin melebar, dramatis, bahkan sedikit fantastis. Beberapa bagian rasanya bakal cukup membuat pembaca mengerutkan kening.

 

Sejumlah adegan yang berpotensi membuat jalan cerita e-book ini lebih menarik pun, sayangnya, malah tidak terlalu digali dan dikembangkan.

 

Meski begitu, kisah ini cukup mampu memancing rasa penasaran saya untuk membacanya sampai tuntas. Hal itu mungkin karena storytelling penulis yang cukup enak untuk diikuti.

 

Ending cerita Strawries ini benar-benar tidak seperti yang semula saya bayangkan dan cukup sukses menimbulkan kesan tersendiri.

 

Pesan moral cerita ini barangkali adalah mengingatkan para pembaca muda bahwa perjuangan meraih cita dan cinta seringkali tidaklah mulus.

 

Menilik kata pengantar penulis, saya memperkirakan e-book ini lahir dari sebuah event menulis marathon yang kemudian diterbitkan secara mandiri.

 

Seandainya dikurasi sekali lagi, menurut saya cerita ini akan jadi lebih solid dan terfokus, serta tentunya semakin menarik.

 

Jadi, apakah Teman-teman berminat menjadikan Strawries – Strawberry Stories ini sebagai salah satu bahan bacaan di bulan Februari?

Posting Komentar

17 Komentar

  1. Warnanya pinkyy😍
    buat teens cocok nih ya.
    Kalo saya pribadi memang ga terlalu suka yg kyk gini

    BalasHapus
  2. Ceritanya kayaknya seru, cuma udah gak usia lagi. Hehehe. Mungkin boleh jadi saran bacaan untuk ponakan saya. Makasih infonya, Mbak.

    BalasHapus
  3. Bukunya berwarna pink berasa kayak dessert ya jadinya. Btw apakah strawberry manis? Hehe

    Seru juga ya ceritanya

    BalasHapus
  4. Wahh kayak manis dan hangat ini kisahnya wkwkw, strawseries, apalagi lihat covernya itu lohh

    BalasHapus
  5. Seru nih ceritanya , apalagi hasil dari event menulis marathon yang diterbitkan mandiri, meski ada kekurangan di sana sini pesan moralnya oke, cari ah di iPusnas

    BalasHapus
  6. Novelnya bener-bener khas teenlit ya, tapi kadang aku juga suka baca novel kayak gini, lumayan buat mengenang masa remaja meskipun masa remaja dulu mungkin berbeda dengan sekarang. Kayaknya seru juga ceritanya, harus masuk list nih.

    BalasHapus
  7. Suka banget sama reviewnya, karena dilengkapi dengan saran dari sudut pandang pembaca. Semoga penulisnya bisa menulis kisah yang terus berkembang imajinasinya dan unsur romance dalam buku Strawries – Strawberry Stories bisa lebih diperdalam lagi.

    BalasHapus
  8. Seru novel seperti ini menghibur banget dan jadi berasa muda lagi.

    BalasHapus
  9. Wah, kece review nya
    Bikin pembaca jadi tertarik untuk baca juga

    BalasHapus
  10. Dari judulnya udah mengundang rasa penasaran nih. kisah yang ngga semanis stroberi itu gimana ya hihi

    BalasHapus
  11. Saya lebih suka membaca fiksi yang genre thriller mbak. Klo yang romance remaja gini kayaknya cocok untuk anakku deh, dia suka baca teenlit2 gini.

    BalasHapus
  12. Makin gedhe, jadi lebih suka baca buku non fiksi aku mbak. Kalau dulu, aku suka banget baca teenlit kaya gini.

    BalasHapus
  13. penasaran sama bukunya dan ternyata buku lama juga ya dari tahun 2014 dan halamannya masih lumayan sih hanya 249 halaman semingu bsia kelar ini

    BalasHapus
  14. Bacaan khas anak muda. Jadi inget teenlit mbak. Ehm. Bener sih POV penulis dalam menuturkan cerita memang cukup krusial untuk membuat pembaca memahami alur..tapi ceritanya oke kok ini ya.

    BalasHapus
  15. Bicara tentang cinta pada sebagian orang kenapa jadi rumit ya. Aku kadang merhatiin buku buku sejenis yang kisahnya mirip drakor. Terlalu lama dengan konflik. Walhasil jodohnya ga dapat. Sad ending begitu.

    BalasHapus
  16. bacaan saya dulu nih mba waktu masih gadis.. buku-buku semacam teenlit gini 😍 seruu dan kisahnya gak ribet banget. Kadang sy masih suka bacaan gini 😇

    BalasHapus
  17. Menarik juga jalan ceritanya ya. Tema percintaan dan perjuangan hidup selalu hangat diceritakan. Meski sederhana, namun tetap sarat makna.

    BalasHapus