The Purpose Driven Life: Panduan untuk Menemukan Makna Hidup yang Sejati
Sebagian besar dari kita
barangkali sudah tidak asing lagi dengan buku The Purpose Driven Life. Buku ini
tercatat sebagai New York Times #1 Bestseller dan kabarnya hingga saat ini telah
terjual lebih dari 50 juta eksemplar.
The Purpose Driven Life juga
sudah diterjemahkan ke dalam 85 bahasa. Buku
ini bahkan disebut sebagai buku kedua yang paling banyak diterjemahkan setelah
Alkitab. Lantas, apa sebenarnya yang membuat buku tersebut begitu diminati?
Identitas dan Sinopsis Buku
Judul : The Purpose Driven Life
Penulis : Rick Warren
Penerjemah : Paulus Adiwijaya
Penerbit : Penerbit Gandum Mas
Terbitan : 2005 (cetakan ke-10)
Tebal Buku : 380 halaman
“Ini bukan mengenai Anda. Tujuan hidup Anda lebih besar daripada prestasi pribadi, ketenangan pikiran, bahkan kebahagiaan Anda.” -- hal. 17.
Kalimat yang cukup
menohok ini mengawali bab pertama dari keempat puluh bab yang ada dalam The
Purpose Driven of Life. Masing-masing bab berisi suatu topik pembahasan yang
spesifik dan diakhiri dengan pokok renungan singkat. Rick Warren sendiri
menyarankan agar kita membaca satu bab saja setiap hari supaya bisa merenungkan
setiap topik dengan seksama.
Dalam uraiannya, penulis
yang kebetulan juga merupakan pendiri Gereja Saddleback, California ini banyak
mengacu pada ayat-ayat Alkitab. Ayat-ayat referensi tersebut kebanyakan dicantumkannya
langsung dalam pembahasan sehingga lebih memudahkan pembaca untuk menangkap
konteksnya. Referensi lain yang terlalu panjang dicantumkannya secara terpisah sebagai
lampiran.
Selain itu, ada pula
lampiran lain yang berisi sejumlah pertanyaan terkait materi tiap bab (+5
pertanyaan untuk setiap bab). Pertanyaan-pertanyaan ini ditujukan sebagai bahan
refleksi pembaca agar bisa lebih memahami dan mendalami tiap topik pembahasan
yang telah dibacanya.
Secara keseluruhan, Rick
Warren menyimpulkan bahwa tujuan hidup manusia terdiri dari lima poin. Kelima
poin itu sejatinya berhubungan dengan kodrat kita sebagai makhluk ciptaan Tuhan
yang paling mulia karena dikaruniai akal budi. Jadi, bisa dibilang kelima poin
tujuan hidup tersebut berlaku secara umum dan universal.
Meski begitu, pendeta
senior Gereja Saddleback ini juga menyebut bahwa setiap manusia diciptakan
secara unik. Masing-masing kita memiliki kepribadian, kelebihan, kekurangan,
dan latar belakang yang berbeda. Jadi, cara kita untuk menggenapi kelima tujuan
hidup yang universal itu pun niscaya akan berlainan satu sama lain.
Sebagai contoh [spoiler alert], meski setiap kita
diciptakan untuk melayani Tuhan, tidak berarti kita semua dibentuk untuk
menjadi pendeta. Ada yang dibekali kecakapan untuk melayani Tuhan di bidang
medis, pendidikan, bahkan politik.
Rick Warren juga
menyebut bahwa dua orang yang sama-sama menjadi pendeta pun bisa jadi memiliki
cara yang berbeda dalam melayani jemaat. Hal ini karena keduanya mempunyai bakat,
karakter, dan latar belakang yang berlainan.
Jadi, agar bisa memenuhi
tujuan hidup secara efektif, sang Penulis menyebut bahwa kita perlu mengenali
S-H-A-P-E masing-masing. Kata yang memang berarti bentuk ini dengan cerdik
dipakainya menjadi akronim lima aspek yang menentukan wujud (keberadaan) kita.
Kelima aspek ini mencakup soal jasmani maupun rohani, yaitu:
- -
Spiritual Gift (Karunia
rohani)
- -
Heart (Hati)
- -
Abilities (Kemampuan)
- -
Personality (Kepribadian)
- -
Experience (Pengalaman)
Pembelajaran dari Buku “The Purpose
Driven Life”
Pembahasan mengenai
tujuan hidup memang bisa dibilang merupakan topik yang sangat krusial dan
menggelitik bagi kebanyakan orang. Pada dasarnya, kebanyakan dari kita yakin
tujuan hidup ini lebih dari sekedar lulus sekolah, bekerja, menikah, dan punya
anak, bukan? Jadi, tidak heran jika buku The Purpose Driven ini begitu
diminati, hampir di seluruh penjuru dunia.
Membaca buku ini ibarat
sedang menyimak sebuah seminar dalam bentuk tertulis. Gaya bahasa yang
digunakan cukup sederhana dan mudah dipahami. Pembahasannya pun cukup mendetail
dan insightful, tetapi tidak
membosankan. Sebaliknya, kita mungkin justru perlu berusaha menahan diri agar
tidak terlalu penasaran dan terburu-buru ingin membaca bab selanjutnya
sekaligus.
The Purpose Driven Life
ini memang bukan jenis buku yang bisa dibaca habis dalam sekali duduk. Sebaliknya,
pembacaannya perlu disertai dengan perenungan sehingga kita sebaiknya
menyediakan waktu khusus untuk melakukannya setiap hari. Siapkan pula pena dan
buku catatan untuk menuliskan hasil refleksi diri yang kita peroleh. Dengan
begitu, barulah kita bisa mendapatkan manfaat dari buku ini secara efektif.
Selain mengarahkan penemuan
tujuan hidup, buku ini juga dapat membantu pembaca untuk bisa lebih menerima
dan mengasihi diri sendiri. Pasalnya, melalui pembahasan buku ini kita akan
melihat betapa berharga sesungguhnya hidup kita di mata Tuhan. Ia telah menciptakan
kita dengan seksama, lengkap dengan segala kelebihan dan kekurangan, untuk
menggenapi tujuan yang mulia dan signifikan di dunia.
Buku ini juga tidak
hanya membahas tentang hal-hal rohani, tetapi juga memuat beberapa petunjuk
praktis, yang berkaitan dengan aspek psikologi. Petunjuk praktis tersebut terdapat
dalam pokok-pokok perenungan dan metode S-H-A-P-E yang dapat membantu kita belajar
untuk lebih mengenali diri sendiri.
Menurut Esy, The Purpose
Driven Life merupakan salah satu buku yang wajib dibaca, setidaknya sekali
seumur hidup. Hal ini khususnya untuk teman-teman pemuda dan remaja Nasrani
yang sedang bergumul mengenai tujuan dan panggilan hidup.
Posting Komentar
0 Komentar