Princess in Waiting: Kisah Sang Putri yang Tengah Mencari Jati Diri
{REVIEW BUKU}
#NgereadKuy
#KMC9
#BacaBuku
"MENGULIK KISAH PENCARIAN JATI DIRI SANG PUTRI"
Judul : Princess in Waiting: Sang Putri Beraksi
Penulis : Meg Cabbot
Alih bahasa : Donna Widjajanto
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Terbitan : 2004
Tebal Buku : 280 halaman
ISBN : 979-22-0646-9
Dalam ketiga edisi “Princess Diaries” atau “Buku Harian Sang Putri” sebelumnya, kita telah diajak mengikuti kisah perjalanan hidup Mia Thermopolis. Gadis remaja yang dibesarkan oleh seorang ibu tunggal itu belakangan mengetahui bahwa ia ternyata adalah putri dari sebuah kerajaan kecil bernama Genovia. Mia pun harus melalui berbagai rintangan demi bisa beradaptasi dengan status barunya sebagai bangsawan. Selain itu, seperti pada umumnya gadis remaja yang lain, ia juga tak luput dari pahit manisnya perjuangan meraih cinta sejati. Kali ini, Mia kembali diperhadapkan pada tambahan masalah baru, yakni soal pencarian jati diri.
Menyandang gelar putri tentu tidak secara otomatis memberi Mia kemampuan untuk memimpin sebuah negara. Rasa percaya dirinya yang sudah cukup minim semakin surut saat idenya, memasang meteran parkir demi menambah devisa, dipandang skeptis oleh sebagian besar petinggi negara. Gadis itu jadi makin frustasi karena merasa dirinya tidak bisa melakukan apa pun dengan benar dan tidak memiliki bakat apa pun jika dibanding teman-temannya yang lain.
Mia juga mencemaskan kehidupan cintanya yang sepertinya tidak akan berjalan mulus. Setelah melalui perjalanan panjang, akhirnya gadis itu kini berhasil menjalin hubungan dengan cowok yang sudah lama ia sukai (cerita selengkapnya bisa dibaca dalam buku ketiga berjudul “Princess in Love” atau “Sang Putri Jatuh Cinta”). Namun, acara kencan pertamanya dengan cowok itu terkendala tugas negara. Lebih parah lagi, acara formal tersebut justru dimanfaatkan Grandmere, neneknya dari pihak ayah, untuk menjodohkan Mia dengan seorang pangeran.
Meski tidak mengadaptasi gaya bahasa milenial seperti kebanyakan buku fiksi remaja lainnya, gaya bahasa terjemahan buku ini sangat ringan dan enak dibaca. Tema yang diangkat juga sangat dekat dengan kehidupan remaja, yakni seputar pencarian jati diri, keseimbangan antara tanggung jawab dan kesenangan, serta romansa. Penggunaan sudut pandang orang pertama dalam cerita ini membuat pembaca bisa lebih leluasa menyelami pikiran dan perasaan tokoh utamanya. Kita dengan mudah dibuat larut dalam senyum dan helaan napas membaca curahan hati Putri Mia yang sedang kasmaran sekaligus dijerat perasaan insecure. Dinamika cerita ini juga sangat fluktuatif dan tidak membosankan.
Penambahan konflik sekunder yang meliputi ide Mia untuk menambah devisa negara serta calon pendamping yang sepadan untuk sang Putri, menurut saya sebetulnya merupakan topik yang lumayan berat. Namun, Penulis menyajikannya dengan sangat cerdik sehingga tidak sampai mengaburkan konflik utama atau membuat arah cerita ini jadi terlalu condong ke arah persoalan monarki. Konflik sekunder tersebut juga menciptakan kesan bahwa pribadi Mia sudah semakin dewasa dan, barangkali, bisa dijadikan topik untuk cerita selanjutnya, jika ada. Tidak jauh berbeda dari seri-seri sebelumnya, Penulis kembali menggunakan plot twist untuk menyelesaikan konflik. Menurut saya, kali ini twist disajikan dengan sangat halus.
For your information, buku ini memuat sedikit adegan kissing. Namun, menurut saya pribadi, secara keseluruhan masih cukup aman untuk konsumsi remaja.
Posting Komentar
0 Komentar